Cuplikan video tentang Suhada, “jagoan Cikiwul” yang mengancam petugas sekuriti di sebuah pabrik di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat karena “proposal” permintaan THR yang diajukannta ditolak menjadi viral.
Suhada yang mengaku memiliki massa besar, tidak terima saat petugas sekuriti hanya memberikan Rp20.000, padahal ia mengharapkan nilai lebih besar dari surat proposal THR yang ditandangani pimpinan ormas GMBI di wilayah itu berinisial M.
Suhada pun mengancam akan menutup akses jalan menuju pabrik plastik di Jalan Tali Kolot, Cikiwul, Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat itu jika “proposal permintaan THR tidak bisa dipenuhi.
Namun sang jagoan ternyata ciut nyalinya setelah tayangan video aksi pemalakan menjadi viral di medsos, dan memilih kabur ke Sukabumi, walau akhirnya berhasil diendus dan dicokok polisi.
“Suhada sudah ditangkap di Sukabumi, Kamis lalu, “ kata Kapolsek Bantargebang, Kompol Sukadi, sementara “sang jagoan’ merilis video permintaan maaf, menyampaikan rasa penyesalan atas aksinya yang telah mengganggu warga Cikiwul, Bantargebang, Bekasi.
“Saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Saya mengaku salah karena mengaku-ngaku jagoan Cikiwul,” ungkapnya, dan juga menyampaikan permohonan maaf kepada sekuriti perusahaan yang sempat menerima makian darinya.
Suhada mungkin cuma karena apes, aksinya ketauan dan diviralkan di medsos, aksi-aksi premanisme tumbuh subur di negeri ini sejakpuluhan tahun tanpa tersentuh tangan-tangan aparat hukum.
Lebih dari itu, aksi-aksi premanisme misalnya untuk mempringati perayaan tertentu selain Harai Raya Idul Fitri seperti Hari Kemerdekaan, HUT TNI da lainnya juga dilakukan, bahkan oleh oknum-oknum aparat hukum atas nama instasinya tentu.
Tak hanya THR karyawan
Terutama menjelang hari lebaran, pengusaha tak hanya berfikir keras untuk memberikan THR pada karyawannya, tetapi juga kepada ormas kepemudaan, keagamaan dan parpol, (oknum) babinsa, bhabinkantibmas dan siapa saja yang menggunakan kop surat suatu instansi atau ormas.
Pengusaha pun pasti tidak mau rugi, perusahaannya diganggu, apalagi sampai tutup, misalnya dengan mengurangi volume prounya tidak sesuai takaran seperti yang terjadi pada minyak goreng kemasan.
Selain mengurangi volume, bisa jadi pengusaha menggunakan bahan tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam kemasan, bahkan yang lebih konyol, menggunakan bahan atau zat zat yang berbahaya bagi kesehatan.
Pendirian perusahaan dengan badan hukum di luar negeri, seperti dilakukan oleh Indonesia Airlines bisa jadi menjadi tren bagi korporasi, selain menghindari birokrasi yang berbelit-belit, juga terbebas dari berbagai jenis pengutan.
Sejumlah cuitan di medsos X soal Indonesia Airlines pun bermunculan, salah satunya memberi pandangan pribadi mengapa Singapura dipilih sebagai tempat berdirinya.
“Kenapa didirikan di Singapura? Pajaknya lebih rendah, lebih stabil, birokrasi gak sulit dan nggak banyak jatah premannya,” tulis @jackjackparrr, dikutip Kilat.com dari akun X, (10/3) seperti dilaporkan kompas.com.
Praktek premanisme yang sudah berjalan bertahun-tahun,
pengusutannya dilakukan sebatas pada kasus kasus yang viral saja, belum tampak greget dari pimpinan tertinggi Polri atau TNI untuk bergerak membasminya.
Praktek premanisme jika dibiarkan, pasti membuat penanam modal asing hengkang, dan jelas memicu kecemburuan sosial, di saat lulusan sarjana harus berjuang mendapat pekerjaan, para preman bisa hidup bermewah mewah dari hasil pemerasan. (imbcnews/Theo/sumber diolah)