Oleh M. Fuad Nasar
Tun Abdullah Ahmad Badawi, orang Malaysia memanggilnya Pak Lah. Selama ini saya tidak pernah bertemu secara langsung, tetapi mengenalnya sebagai Perdana Menteri Malaysia.
Pak Lah adalah Perdana Menteri ke-5 Malaysia yang menjabat mulai 31 Oktober 2003 hingga 3 April 2009. Pak Lah menggantikan Tun Dr. Mahathir Mohammad dan digantikan setelahnya oleh Dato’ Seri Mohd Najib Tun Abdul Razak.
Abdullah Ahmad Badawi meninggal dunia dalam perawatan di Institut Jantung Negara Kuala Lumpur pada Senin 14 April 2025 pukul 19.10 waktu setempat. Pak Lah berpulang ke rahmatullah dalam usia 85 tahun.
Jenazahnya disemayamkan dan dishalatkan di Masjid Negara di Kuala Lumpur. Media massa menyiarkan ribuan warga negara Malaysia yang berduka secara spontan memberikan penghormatan terakhir untuk pemimpinnya.
Pak Lah sejak beberapa tahun absen dari dunia politik dan tidak menampilkan diri di ruang publik disebabkan kendala kesehatannya. Masyarakat masih tetap mencintainya dan merasa kehilangan dengan kepergiannya.
Selain Perdana Menteri Anwar Ibrahim, turut hadir untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum adalah mantan Perdana Menteri Tun Dr. Mahathir Mohammad yang pada Juli 2025 mendatang akan genap berusia 100 tahun.
Juga mantan Perdana Menteri Dato’ Seri Mohd Najib Tun Abdul Razak mengusahakan diri untuk datang demi memberikan penghormatan terakhir kepada mendiang Pak Lah.
Upacara pemakaman secara kenegaraan, di Malaysia disebut “pengebumian negara,” dilaksanakan di makam pahlawan di kawasan Masjid Negara, Kuala Lumpur. Pemberitaan media mencatat beberapa tokoh-tokoh politik negara dan mancanegara hadir dalam peristiwa kedukaan itu.
Setelah menyimak rangkaian berita berkabungnya warga negeri serumpun
Malaysia atas wafatnya mantan Perdana Menteri Tun Abdulah Ahmad Badawi, saya mengirim pernyataan turut belasungkawa kepada sahabat saya di Malaysia, Dato’ Haji Amzan Bin Hazali, Ketua Pegawai Eksekutif Zakat Pulau Pinang, dan Encik Muhammad Naqzrul Azraf, dahulu Atase Agama Kedutaan Besar Malaysia di
Jakarta dan kini menjabat sebagai Pegawai Khas pada Pejabat Timbalan Menteri di Jabatan Perdana Menteri Malaysia.
Saya menyampaikan ucapan. “Turut berduka cita atas berpulangnya salah
seorang negarawan terbaik Malaysia, Tun Abdullah Ahmad Badawi. Seindah kenangan rakyat sejiran tentang kebaikannya, semoga Allah Swt merahmati dalam husnul khatimah.
Semoga akan lahir pemimpin-pemimpin terbaik seperti almarhum Pak Lah yang mengabdi setulus hati kepada rakyat dan negeri di masa mendatang. Aamiin Ya Rabbal Alamin.”
Dato’ Amran Hazali membalas pesan saya dengan mengungkapkan, “Seluruh negara berduka atas pemergian Almarhum Pak Lah, negarawan unggul paling tenang.” Sementara itu Encik Muhammad Naqzrul Azraf mengucapkan terima kasih atas doa dan semoga dilimpahi rahmat Allah atas almarhum.
Seuntai puisi yang ditulis Pak Lah mengandung nasihat berharga untuk
semua, ialah: “Ku Cari Damai Abadi. Aku cari bukan harta bertimbun-timbun, untuk hidup kaya. Aku cari bukan wang berjuta-juta, untuk hidup bergaya. Aku cari bukan kawan-kawan, untuk hidup sekadar berfoya-foya. Aku cari mana dia Al-Ghazali, aku cari mana dia Al-Shafie. Kita bongkar rahsia kitab suci, cari pedoman. Kita bongkar rahasia sunnah nabi, cari panduan. Aku hidup kerana Dia Rabbi, Dialah teman,Dialah wali. Dia mencukupi. Aku hidup bererti. Menikmati damai abadi.”
Dalam tulisan in memoriam ini, saya kutip pernyataan Perdana Menteri Dato’
Seri Anwar Ibrahim tentang Allahuyarham Abdullah Ahmad Badawi. Anwar
mengenang kunjungan terakhirnya kepada Pak Lah yang digambarkannya sebagai kenangan mengharukan.
Kata Anwar Ibrahim, “Dia dalam kondisi yang sangat lemah, dan pemandangan itu menyentuh hati saya. Namun, ketika tangan kami bersentuhan, matanya yang redup masih memancarkan kehangatan, cinta, dan rasa damai yang
abadi. Anwar mencatat bahwa di tengah dunia politik yang sering bergejolak, Pak Lah, selalu menjadi sosok yang menenangkan.” ujarnya.
“Dia menerima saya dengan keanggunan dan kasih sayang, meskipun kami
pernah berdiri di sisi yang berlawanan dalam medan politik. Itulah ukuran
kemurahan hati seorang negarawan besar. Pak Lah bukan hanya seorang
pemimpin, dia adalah seorang pria berjiwa mulia yang membawa narasi baru kedalam politik kekuasaan di Malaysia,” kenang Anwar Ibrahim.
Dapat disimpulkan Pak Lah adalah pemimpin yang menempatkan
kemanusiaan dan persahabatan di atas politik. Selama memimpin pemerintahan
Kerajaan Malaysia, Pak Lah memberi perhatian penuh terhadap pembangunan
manusia. Beliau disebut sebagai ‘Bapak Pengembangan Sumber Daya Manusia’ di Malaysia.
Salah satu legacy Pak Lah adalah mencetuskan pemikiran Islam Hadhari sebagai upaya mengembalikan umat Islam kepada asas Islam yang sebenarnya
berdasarkan Al-Quran dan Hadis.
Pemikiran Islam Hadhari bukan mazhab dan aliran dalam agama, melainkan sebuah pendekatan untuk membangun peradaban Islam yang maju dan berimbang atau moderat. Pemikiran Islam Hadhari yang dicetuskan almarhum sangat relevan bagi umat Islam di negeri serumpun (Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam) untuk memperkuat peran
umat mereka dalam kebangkitan peradaban Islam global.
Pak Lah mengemukakan pandangannya bahwa Muslim Arab telah menunaikan tanggung
jawab kesejarahannya, begitu pula Muslim Persia, Muslim Afrika Utara, atau Muslim India. Inilah saatnya bagi Muslim Melayu untuk bangkit memajukan
peradaban Islam, kata Pal Lah.
Kepemimpinan dan kepribadian Pak Lah dapat menjadi teladan dan inspirasi bagi para pemimpin dan politisi muda. Kalau direnungkan, kehebatan seorang pemimpin dalam berbicara, ketangkasan dalam berpikir dankecepatannya bertindak akan pudar seiring waktu dan usia yang menua. Yang tidak berubah ialah kejujuran, budi pekerti dan hati yang bersih sebagai mutiarayang tetap dikenang dalam masa yang panjang.
Menurut pepatah Melayu, “Pulau Pandan jauh di tengah, di balik Pulau Angsa Dua. Hancur badan dikandung tanah, budi baik dikenang jua.”
Pak Lah meninggalkan budi baik semasa hidupnya. Jasa dan baktinya kepada bangsa dannegaranya Malaysia tidak mudah dilupakan.
Semoga roh Allahuyarham Tun Abdullah Ahmad Badawi dalam perjalanannya menuju akhirat dilimpahi rahmat Allah Swt serta memperoleh tempat yang mulia dan damai di haribaan-Nya. Aamiin.
Penulis,
Pegiat Literasi dan Pejabat Kementerian Agama RI