IMBCNews – Jakarta – Indonesia saat ini boleh dibilang sudah dalam situasi darurat sampah, namun penanganannya termasuk di kota kota besar tidak banyak membaik, masih menganggapnya “busines as usual”.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto mengajak warga ikut memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025 yang diperingati setiap 21 Februari.
Rangkaian Peringatan HPSN dimulai dengan Hari Bersih Indonesia (HBI) melibatkan ribuan relawan dari berbagai komunitas, kantor, hingga sekolah, sedangka aksi bersih-bersih sampah digelar di kawasan Kota Tua dan Gelora Bung Karno (GBK).
Pada aksi bersih-bersih, para relawan akan mengurangi produksi sampah dengan memilah sampah organik, anorganik, dan sampah B3 untuk dikirim ke TPS3R dan bank sampah,” kata Asep dalam keterangan tertulis, Rabu (19/2).
Sebelumnya relawan juga akan melakukan brand audit untuk mengetahui asal sampah tersebut, sehingga bisa menjadi ajang edukasi dalam hal pengurangan sampah.
Pemprov DKI juga bakal menggelar acara puncak HPSN 2025 yakni Trash Fest di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Minggu (23/2).
Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) dengan program Desa Wisata Bebas Sampah di Indonesia diperingati di 8 desa se Indonesia, termasuk Kabupaten Lombok Utara (KLU). Kegiatan tersebut berlangsung di kawasan wisata Teluk Nara, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Sabtu, 15 Februari 2025.
Produksi sampah Indonesia pada 2023 mencapai 69,7 juta ton atau setara 0,7 kg per orang per hari sehingga untuk mengurai volume sampah tersebut, dibutuhkan kolaborasi baik program pemerintah daerah, pemerintah desa, serta kesadaran tinggi dari masyarakat.
Literasi dan kepedulian semua pihak termasuk warga di kalangan akar rumput di negeri ini terkait hidup bersih dari sampah memang masih jauh dari harapan.
Tidak jauh-jauh, misalnya di jembatan penyeberangan orang di wilayah pusat kantor kantor pemerintahan di Jakarta Pusat yang disebut metropolitan, di sana-sini maish ditemui sampah berserakan.
Koordinasi lemah
Koordinasi antara Dinas Kebersihan DKI Jakarta dengan pengeola Trans Jakarta tampaknya tidak terjalin baik, sehingga terkadang pembersihan sampah tidak sampai ke jembatan di koridor menuju halte Trans Jakarta. Sekitar 8.000 ton sampah dihasilkan di wilayah Jakarta tiap hari.
Seharusnya Indonesia malu terhadap komunitas Jepang di Jakarta yang sering “mengajari” bangsa ini soal bersih-bersih.
Misalnya usai menggelar acara, atau sengaja memang dengan acara tunggal, komunitas warga Jepang membersihkan sampah di kawasan Blok M atau SUGBK Senayan.
Bahkan setiap usai laga, pesepakbola Jepang wajib bersih-bersih ruang ganti pakaian saat sedang berduka akibat kalah sekali pun dan seperti usai laga timnas Jepang vs PSSI Garuda beberapa waktu lalu, termasuk juga suporternya mengangkuti sampah di sekitar tempat duduk mereka di SU GBK.
Sangat jauh bagi bangsa Indonesia untuk sampai ke level bangsa Jepang terkait penanganan dan kepedulian terhadap kenyamanan lingkungan dari sampah yang berserakan.
Diawali dari disiplin di rumah yang ditanamkan oleh para orang tua sehingga anak merasa risih dengan sampah yang tentu tidak bsa terwujud jika orang tuanya juga terbiasa dengan kejorokan.
Penyediaan tempat tempat sampah yang mudah diakses dan sampahnya secara rutin diangkut petugas, lalu sanksi hukuman agar pelaku pembuang sampah sembarangan jera, edukasi di sekolah tentang kebersihan berkaitan dengan sampah dan juga keteladanan.
Jadi, sekedar seremoni peringatan tidak akan bermakna penting mendorong warga hidup bersih dan risih pada sampah. (imbcnews/Theo/sumber diolah