Oleh: Edy Mulyadi, Wartawan Senior
IMBCNEWS Jakarta | Kita sedang menyaksikan keruntuhan berbagai sistem global secara besar-besaran. Demokrasi dan kapitalisme yang digadang-gadang sebagai sistem paling maju, dan dinilai paling baik dari sistem yang ada , lambat laun kini penuh borok, manipulatif, dan memperbesar kesenjangan kehidupan dimasyarakat, antara the have dan the poor.
Dengan sistem demokrasi dan kapitalisme yang dikembangkan di Indonesia ini, terjadilah kisah Indonesia Negara Kaya, namun rakyat banyak yang sengsara.
Di negeri kita sendiri, demokrasi cuma jadi panggung sandiwara lima tahunan. Rakyat disuruh memilih, tapi yang menang tetap oligarki. Katanya bebas memilih pemimpin, tapi sesungguhnya cuma boneka-boneka yang sudah disiapkan para bandar.
Hasilnya? Tambang-tambang besar dikuasai segelintir konglomerat. Rakyat diusir dari tanahnya sendiri. Hutan digunduli. Pajak digenjot, tapi layanan publik compang-camping. Harga berbagai produk dan jasa menggila. Pejabat makin kaya. Rakyat kian sengsara.
Kapitalisme menjadikan negara hanya sebagai pelayan korporasi. UU Cipta Kerja, revisi UU Minerba, hingga proyek IKN adalah bukti nyata. Kekayaan negara bukan untuk rakyat, tapi untuk para pemodal besar.
Rakyat kecil? Cuma jadi penonton yang dibohongi. Mantra yang lazim digunakan adalah kata-kata “pertumbuhan ekonomi” dan “pembangunan”. Yang terjadi penindasan, pembodohan. Rakyat bukan miskin karena malas. Tapi dimiskinkan lewat berbagai undang undang dan peraturan. Terjadi pemiskinan struktural.
Demokrasi Kini Dalam Krisis
Di Amerika Serikat, negeri kampiun demokrasi dan kapitalisme, utang negara tembus lebih dari $34 triliun. Rakyat terpecah karena politik identitas, media partisan, dan sistem dua partai yang membosankan. Korupsi dilegalisasi lewat lobi-lobi korporasi. Sementara 500 ribu lebih tunawisma tidur di jalan-jalan kota besar.
Eropa tak lebih baik. Gelombang demonstrasi karena inflasi, krisis energi, dan imigrasi menampar wajah demokrasi Barat. Prancis terbakar protes. Inggris dihantam krisis ekonomi pasca-Brexit. Jerman terpuruk dalam resesi teknikal. Kapitalisme membuat yang kaya makin kaya, yang miskin makin terjepit.
Di belahan Afrika dan dunia Muslim liannya, demokrasi jadi dalih perampokan. Di Afrika, demokrasi malah jadi kedok untuk penguasaan sumber daya alam oleh Barat. Pemilu digelar. Presiden silih berganti, tapi rakyat tetap lapar. Negara kaya emas dan uranium seperti Nigeria, tetap saja miskin karena dikuras Perancis.
Di negeri-negeri Muslim, demokrasi justru menciptakan rezim boneka. Dari Mesir hingga Pakistan, demokrasi dipakai untuk melanggengkan kepentingan asing dan menekan gerakan Islam.
Saatnya Bicara Serius tentang Sistem Penggantian sistem yang membuat lebih adil an transparan untuk masyarakat luas. Demokrasi ala Indonesia dan dunia lainnya, bukan cuma praktiknya yang rusak. Memang sistemnya yang bobrok dari fondasi. Demokrasi menjadikan suara mayoritas sebagai kebenaran, meski bertentangan dengan syariat.
Jauh-jauh hari Allah sudah memperingatkan, bahwa kebenaran bukan ditentukan oleh suara terbanyak. Jargon suara rakyat adalah suara Tuhan itu jargon sesat dan menyesatkan.
Kebenaran sejati hanya dari wahyu. Mengikuti petunjuk Allah lewat Islam, itulah kebenaran hakiki.
وَاِ نْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَ رْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِ نْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ
“Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan.” (QS. Al-An’am 6: Ayat 116)
Kapitalisme menjadikan uang dan pasar sebagai tuhan baru, menginjak-injak nilai dan akhlak.
Maka kita harus berhenti berharap dari sistem ini. Bukan sekadar ganti orang. Bukan sekadar pemilu. Tapi ganti sistem secara menyeluruh.
اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ
“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik. Tentu hukum dari Sang Khaliq atau pencipta.
imbcnews/diolah/