Resensi Buku
Tata Bahasa Baku dan Ejaan
Bahasa Indonesia, Oleh Prof. Dr. Zainuddin Taha dan Hj. Andi Hasrianti, SS MPd
Sebagai orang Indonesia kita punya kebanggaan karena bahasa Indnesia menjadi salah satu bahasa yang disetujui oleh lembaga dunia UNESCO sebagai bahasa resmi internasional, meskipun ada keberatan dari negara tetangga seperti Malaysia, mengapa bukan bahasa melayu, yang dipilihnya tetapi bahasa Indonesia.
Prof. Dr. Zainuddin Taha dan Hj. Andi Hasrianti SS MPd mencoba ikut menjawanya, meskipun buku ini ditulis tidak khusus terkait pengakuan UNESCO menjadikan bahasa Indonesia bahasa resmi di PBB. Dia menyebutkan, wajar saja jika Persatuan Bangsa Bangsa lewat lembaga pendidikan dan kebudayaannya mengakui bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa resmi internasial. Dalam bahasa Indonesia mempunyai ciri dan fungsi bahasa baku.
Disebutkan, bahasa baku adalah ragam bahasa yang dikembangkan dan dijadikan rujukan untuk menentukan ragam bahasa yang baik dan benar.
Bahasa Indonesia bahasa baku yang bersifat dinamis, dapat menyerap dari berbagai unsur logat bahasa daerah tetapi tidak mengenyampingkan makna arti dalam bahasa Indonesia tersebut.
Sifat dari ragam bahasa baku adalah dinamis, terbuka dan mudah untuk melakukan penyerapan, namun tentu harus adanya pembakuan, karena bahasa baku, mempunyai empat fungsi yakni, sebagai alat pemersatu bangsa, memberi kekhasan, fungsi membawa wibahwa dan fungsi sebagai kerangka acuan (frame of reference).
Bahasa Indonesia yang juga dibakukan itu menghubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa tersebut. Penutur ragam betawi di Jakarta dan penutur ragam batak di Sumatera Utara, serta ragam di Paua akan merasakan kesatuan dari ragam bahasa itu.
Fungsi pemberi kekhasan yang dieimban oleh bahasa baku membedakan ragam dari bahasa yang telah dibakukan. Misalnya, orang Malaysia, Singapura, Brunai, akan terasa berbeda dengan Melayu Riau meskipun induknya bahasanya sama yakni bahasa melayu, tetapi bahaa itu belum dibakukan.
Basa Indonesia yang dibakukan juga dapat dijadikan kerangka acuan, seperti di Makasar ada kata ikang, frasa lainya ikan, makang, makan dan apotik, atau apotek, adalah frasa tutur kata yang membutuhkan kebakuan agar mempunyai standar yang umum dan berlaku secara nasional.
Kebakuan bahasa Indonesai seperti itu dapat dibaca dalam buku “Tata Bahasa Baku dan Ejaan Bahasa Indoneia” oleh Prof. Dr. Zaiunudin Taha dan HJ. Andi Hasrianti, SS MPd.
Buku yang terdiri dari 258 halaman termasuk catatan kakinya itu, diterbitkan oleh Chakti Pustaka Indonesia, Makassar 90241 dengan ukuran 14,5×21 cm.
Buku ini diterbitkan November tahun 2023, terasa lengkap sekali, terdiri dari 20 bab yang antara lain menjelaskan soal sejarah Bahasa Indonesia, Kedududukan dan Fungsi Bahasa Indonesia, Pembakuan bahasa Indoneia, Bunyi Bahasa dan Tata Bunyi serta Kata Ganti (Pronomina).
Tata bunyi bahasa Indonesia disebutkan, telah mengikuti kaidah kebahasaan pada umumnya. Namun kaidah yang satu tidak sama dengan kaidah kebahasaan yang lain.
Setiap masyarakat bahasa mengembangkan sendiri kaidah bahasanya sendiri yang pada akhirya membedakan bahsa yang sau dengan bahasa yang lainnya.
Bunyi yang didapat dari manusia, bahasa baru memanfaatkan sebagian kecil selaras perkembangan sejarah bahasa itu.
Pada Umumnya, manusia berkomunikasi dengan cara menuis atau berbicara. Jika komnikasi dilakukan leat tulis tidak aa alat ucap ikut terlbat didalamnya. Namun jika komunikasi dilakukan lewat lesan, alat ucap memegang peran penting.
Oleh karenanya, dalam pembentukan bahasa tiga faktor utama yang penting yakni, sumber tenaga, alat ucap yang menimbulkan getaran dan rongga yang mengubah getaran.
Buku ini cocok dibaca banyak pihak, guru, mahasiwa, wartawan dan kelompok akademisi lainnya karea disusun oleh guru besar sosiolenguistik dan Perencanaan bahasa pada program sarjaja dan Pasca di Univ. Negeri Makssar.
Zainuddin Taha sebagai penulisnya juga pernah mengikuti Post Graduate on Generaal and Ausronesian Lingustik Rejk Universiteit Leiden Belanda. Ia juga pernah menjadi Badko pertama HMI Indonesia Timur dan Rektor Univ Islam Makassar selain menjadi asesor ekternal pada Univ Malaya – Malaysia.
Sementara Andi Hasrianti, dosen tetap di STAIN Univ Sorong (2009-2017) dan sebagai dosen bahasa Indonesia Fakultas Tarbiah di UIN Alaudin Makassar dan kini sebagai Pengurus Himpunan Pembina Bahas aIndoneia (HPBI).
imbcnews/diolah /