IMBCNews Namrole | Harga beras bulog di Pasar Koperasi Barasehe, yang ada di Ibukota Kabupaten Buru Selatan (Bursel) nyaris setara harga beras jenis premium. Hal ini terungkap saat warga Namrole berbelanja di pasar yang mayoritas penjualnya dari Unit, Kabupaten Buru, Rabu, 14 Agustus 2024, di Namrole.
“Kami menjual beras bulog 16-17 ribu per kilogram dan sekarung 25 kilogram dijual dengan harga 380 ribu rupiah,” kata Lailatul Mobarokah salah satu pedagang Pasar Koperasi Barasehe ini, kepada wartawan, Rabu, 14 Agustus 2024.
Mubarok mengaku, ia membelinya dari distributor di Unit, Kabupaten Buru. Meski ada kenaikan harga yang diperoleh dari distributor beras bulog di Unit, Latul tetap membeli. Sebab, beras bulog itu menjadi incaran konsumen beras, dikarenakan kualitasnya berbeda dengan beras unit dan setara dengan kualitas beras premium.
“Beras bulog ada kenaikan harga. Kenaikan harga terjadi pada Juli 2024 lalu, tepatnya paska terputusnya akses jalan yang menghubungkan Kabupaten Buru-Bursel. Tapi karena beras ini diminati konsumen, maka kami tetap berupaya menjualnya,” jelas Mubarokah.
Sementara itu, di Pasar Kai Wait harga beras bulog ini, ternyata selisih dua ribu rupiah per kg. Taha Buton, salah satu pedagang di Pasar Kai Wait ini, menjual beras bulog dengan harga 15 ribu rupiah per kilogram.
“Beras bulog katong ambel dari Ambon deng harga 720 ribu rupiah per karung 50 kg. Untuk enceran katong jual deng harga 15 ribu rupiah per kg. Sedangkan untuk karung 50 kg dijual 750 ribu rupiah dan kemasan 25 kg, dijual dengan harga 375 ribu rupiah,” kata Taha.
Ia menemukakan, Beras bulog diambilnya dari Ambon dengan harga 720 ribu rupiah per karung 50 kg. “Untuk enceran kita jual dengan harga 15 ribu rupiah per kilogram, sedangkan untuk karung 50 kg dijual 750 ribu rupiah dan kemasan 25 kilogram dijual dengan harga 375 ribu rupiah,” tutur Taha.
Yulia salah satu konsumen beras bulog, mengaku selisih harga enceran beras bulog, dengan pasar koperasi membuatnya memilih berbelanja di pedagang Pasar Kai Wait.
“Harga jual beras bulog di pasar koperasi nyaris setara harga enceran beras jenis premium ‘walet’ yang enceran 18 ribu rupiah per kilo dan sekarung 24 kilogram dijual 380 ribu rupiah. Padahal beras bulog adalah beras medium, tetapi harganya nyaris setara dengan beras premium, ” ucap Yulia.
Menurut Yulia, beras yang disediakan perum bulog untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dengan beras berkualitas dan harga yang terjangkau, tapi kenyataan di Bursel berbanding terbalik. Beras kualitas medium ini dijual dengan harga nyaris setara premium.
“Saya berharap, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bursel bisa melihat masalah ini, sehingga bisa menekan harga penjualan, sehingga masyarakat bisa membeli dengan harga terjangkau,” kata Yulia.
Terpantau, sejumlah konsumen beras bulog lebih memilih membeli beras bulog di pasar Kai Wait, karena selisih harga yang terjadi antara pedagang pasar Kai Wait dan Pasar Koperasi Barasehe. (yuliawati batuwael)