ASA bagi terwujudnya perdamaian disambut antusias oleh warga di wilayah Gaza, Palestina yang porak poranda dilanda perang antara milisi HAMAS, Palestina da Israel sejak awal Oktober 2023 , namun sebelum hari H gencatan senjata yang ditetapkan, Minggu (19/1) Israel tetap melancarkan serangan udara ke wilayah tersebut..
Reuters melaporkan, setidaknya 87 warga Palestina tewas termasuk 25 perempuan dan 21 anak-anak pasca diumumkannya kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Mesir dan Qatar dan disetujui oleh kabinet Israel, Jumat (17/1).
Angka tersebut menambah panjang daftar korban dalam perang yang telah berlangsung lebih dari satu tahun tiga bulan seperti yang dilaporkan Al Jazeera, berdasarkan laporan dari badan-badan kemanusiaan dan otoritas Gaza.
Perang yang diawali serangan mendadak Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.139 warga negara Yahudi dan penyekapan 200-an sandera, dibalas secara brutal dengan bombardemen udara dan serangan darat selang sehari kemudian (8 Okt.), sehingga diperkirakan 46.000 warga Palestina termasuk Hamas tewas dan sekitar seratus ribu luka-luka.
Militer Israel (IDF)atas tekanan warganya yang mencemaskan sisa sandera yang masih disembunykan Hamas akhirnya menyetujui kesepakatan gencatan senjata, sehingga membuka peluang bagi pembebasan 33 sandera Israel pada Minggu (19/1/2025) mendatang.
Puluhan sandera sudah dibebaskan berdasarkan kesepakatan senjata sebelumnya, namun sejauh ini diperkirakan sebagian tewas di lokasi-lokasipenyekapan dan dalam keepakatan gencatan senjatakali ini, akan dibeaskan 33 sandera lagi.
Sebagai gantinya, Israel akan membebaskan hingga 1.650 tahanan Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak di bawah 19 tahun.
Serangan ke kam pengungsi
Sementara kamp pengungsian Khan Younis, Gaza, mnurut laporan Reuters, serangan terhadap tenda pengungsi menewaskan dua orang dan melukai tujuh lainnya.
Selain pembebasan sandera dan tahanan, kesepakatan gencatan senjata juga mencakup peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza, termasuk hingga 600 truk bantuan per hari untuk menangani kelaparan dan penyakit yang meluas di wilayah itu.
Di Israel sendiri, kesepakatan gencatan senjata kali ini menuai pro dan kontra. Kelompok garis keras dalam pemerintahan, bahkan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengancam mundur jika kesepakatan tersebut dianggap sebagai sikap takluk pada Hamas.
Namun PM Benjamin Netanyahu menegaskan, gencatan senjata penting dilakukan untuk membebaskan para sandera dan memberikan kesempatan bagi peredaan ketegangan di kawasan itu.
Bagi elite dan politisi, penderitaan di tengah perang tentu tidak begitu dirasakan, beda halnya dengan puluhan ribu rakyat Palestina yang harus meregang nyawa, seratus ribuan yang terluka dan ratusan ribu yang kehilangan tempat tinggal.
Begitu pula warga Israel yang kehilangan hampir 1.200 keluarga atau kerabat mereka yang juga berharap-harap cemas menantikan kepastian tentang hidup-mati atau pembebasan sandera yang masih hidup. imbc/Theo sumber diolah: Reuters)