IMBCNews – Jakarta – RAKYAT Ukraina bisa terbebas dari letupan senjata, dentuman meriam atau ledakan bom dan rudal serta udara kematian di tengah berkecamuknya peperangan, hanya sehari di saat Perayaan Pakskah.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan gencatan senjata sementara dalam konflik dengan Ukraina untuk memperingati Hari Paskah, Sabtu (19/4) mulai pukul 18.00 waktu Moskwa (15.00 GMT) hingga tengah malam pada Minggu (21.00 GMT).
Pengumuman gencatan senjata Rusia-Ukraina disampaikan langsung oleh Putin dalam siaran televisi saat ia bertemu Kepala Staf Umum Rusia, Jenderal Valery Gerasimov.
“Hari ini mulai pukul 18.00 hingga tengah malam hari Minggu, Rusia mengumumkan gencatan senjata Paskah,” ujar Putin, dikutip dari kantor berita AFP. Hari Paskah, yang jatuh pada Minggu, merupakan hari suci bagi umat Kristiani.
Dalam pernyataannya, Putin menyebut gencatan senjata ini didasarkan pada alasan kemanusiaan. “Saya memerintahkan untuk periode ini agar semua aksi militer dihentikan,” tegasnya.
Meski demikian, Putin memperingatkan pasukannya agar tetap siaga menghadapi kemungkinan pelanggaran dari pihak Ukraina.
“Kami akan bertindak atas dasar bahwa pihak Ukraina juga akan mengikuti yang kami lakukan dan pasukan kami tetap siap merespons jika terjadi pelanggaran gencatan senjata atau provokasi musuh,” ujarnya.
Putin juga menuduh Ukraina kerap melanggar kesepakatan tidak menyerang infrastruktur energi. “Gerasimov melaporkan bahwa Ukraina lebih dari 100 kali melanggar perjanjian untuk tidak menyerang infrastruktur energi,” ungkapnya.
Cabut moratorium serangan
Sehari sebelumnya, Rusia mencabut moratorium serangan terhadap fasilitas energi Ukraina. Langkah ini diambil setelah kedua pihak saling menuduh melanggar kesepakatan yang sebenarnya belum dituangkan dalam perjanjian resmi.
Putin menambahkan, gencatan senjata terbaru ini akan menjadi ujian bagi pihak Ukraina.
Sebelumnya, upaya untuk menerapkan gencatan senjata pada momen Paskah April 2022 dan Natal Ortodoks Januari 2023 tidak membuahkan hasil karena Rusia dan Ukraina gagal mencapai kesepakatan.
AS ancam hentikan upaya perdamaian
Sementara itu Amerika Serikat mengancam akan menghentikan upaya gencatan senjata di Ukraina jika tidak ada tanda-tanda kemajuan dalam waktu dekat.
Hal ini disampaikan Menlu AS Marco Rubio usai bertemu pejabat Eropa dan Ukraina di Paris, Jumat (18/4).
“AS sudah membantu Ukraina tiga tahun terakhir, dan kami ingin (konflik) ini berakhir.Ini bukan perang kami,” kata Rubio kepada wartawan di Bandara Le Bourget, Paris, dikutip AFP.
Rubio mengingatkan, keputusan harus segera diambil. “Kami perlu mencari tahu di sini sekarang, dalam hitungan hari, apakah ini dapat dilakukan dalam jangka pendek, karena jika tidak, maka saya pikir kami akan hengkang,” ujarnya.
Rubio menegaskan, Washington memiliki prioritas lain yang harus difokuskan jika proses perdamaian tidak menunjukkan perkembangan.
Presiden AS Donald Trump, yang menjabat untuk periode keduanya, sebelumnya mengambil langkah mengejutkan dengan membuka jalur negosiasi dengan Rusia untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung sejak 24 Oktober 2022.
Tidak diperoleh angka yang pasti, namun diperkirakan ratusan ribu personil mliter kedua belah pihak tewas dan ratusan ribu lagi terluka dalam perang di Ukraina sejak invasi Rusia lebih tiga tahun itu.
Rusia berdalih rencana Ukraina – sesama sempalan Uni Soviet – untuk bergabung ke dalam Aliansi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dipimpin AS adalah ancaman bagi negaranya.
Eskalasi konflik terus berlangsung karena Ukraina yang dibantu AS dan 32 anggota NATO mampu bertahan dari gempuran mesin perang raksasa Rusia.
Entah sampai kapan perang yang menelan banyak korban jiwa dan membebani perekonomian kedua belah pihak serta berdampak pada perekonomian global akan berakhir. (imbcnews/Theo/sumer dilah: AFP/kompas.com/ns)