Oleh: Aceng Abdul Azis*
IMBCNews- SELAMA lebih dari dua belas tahun, Kajian Ahad Pagi di Masjid Puribali telah diselenggarakan tanpa jeda. Secara konsisten (istiqomah) Ketua Kelas Kajian non-stop menggelar majelis. Adalah kurikulum bidang-bidang dasar keislaman: Aqidah/Akhlaq, Al-Qur’an/Hadist, Tafsir Al-Qur’an, Fiqih-Ushul Fiqh, dan kajian Islam kontemporer, yang menjadi materi pembahasan. Selain itu, beberapa kajian tematik insidental juga diadakan, seperti bimtek pemulasaran jenazah, parenting, dan pembahasan riba, dengan menghadirkan para ahli sesuai bidang masing-masing.
Tanggung jawab untuk menyediakan penunjang kegiatan seperti publikasi, tempat, konsumsi, dan sumber daya lainnya selalu diupayakan semaksimal mungkin oleh pengurus. Secara umum, setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh masjid mendapat sambutan positif dari jamaah, yang tercermin dalam bentuk kehadiran, sumbangan dana, maupun dukungan lainnya.
Meski resistensi tidak ditemukan, namun terkadang kurang semarak pada beberapa agenda dapat dijadikan sebagai indikator bahwa masih luasnya ruang dakwah yang perlu dijangkau. Sebagai kompleks hunian yang diwarnai oleh keragaman latar sosial budaya, maka strategi dakwahnya pun perlu disesuaikan melalui pendekatan yang kontekstual dan humanis.
Telah terbukti bahwa dakwah yang disampaikan secara santun lebih mudah diterima. Oleh karena itu, pendekatan berbasis kajian akademis berlandaskan turats klasik (kitab kuning), dan pendekatan dakwah bil hal telah dijadikan pilihan. Dengan dua pendekatan ini, pemahaman integratif antara ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah, serta antara ibadah vertikal dan horizontal, dapat dibangun dengan lebih kokoh. Kesalehan sosial pun tumbuh sebagai refleksi dari kepatuhan syariat dan kesadaran ilahiyah.
Prinsip dakwah rahmatan lil ‘alamin menjadi pijakan utama. Nilai-nilai al-adalah, al-wasathiyah, al-basyariyah, dan al-wathaniyah, dioperasionalisasikan dalam sikap sehari-hari. Ketaatan beragama dibingkai dalam maqosidu syariah. Prinsip ini, sesuai dengan firman Allah SWT: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu, umat pertengahan (ummatan wasathan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia.”
(QS. Al-Baqarah: 143)
Cermin Lingkungan
Masjid mutlak tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Oleh karena itu, berbagai program kemasyarakatan seperti distribusi zakat, infak, dan sedekah; pelayanan kematian; pemeriksaan kesehatan; jalan sehat; pengajian banjar; hingga penerangan jalan, perlu terus dilaksanakan sebagai bentuk kehadiran masjid dalam kehidupan warga.
Pandangan yang sejalan pernah disampaikan oleh almarhum Prof. Azyumardi Azra, bahwa “Islam Indonesia harus menampilkan wajah keislaman yang moderat dan menyatu dalam realitas sosial.” Pandangan ini dijadikan sebagai pedoman dalam setiap langkah dakwah yang dilakukan di lingkungan Puribali.
Dalam konteks demikian, peran strategis masjid dapat dijalankan oleh LAZIS Puribali – lembaga yang tusinya mengumpulkan, mengelola, mendistribusi dana keagamaan (zakat, infak dan sasaqoh) yang bersumber dari jamaah dan muzaki sekitarnya. Perputaran dana ZIS harus terus dioptimalkan dengan menjembatani antara para muzaki dan mustahik. Upaya mendekatkan potensi pasar dengan pelaku usaha sekitar, misalnya, seperti Pujasari, Mie Gacoan, M-10, Indomaret, Hyfresh dan Alfamart, harus diinisiasi agar mereka menunaikan ZIS-nya ke lazis. Dengan kata lain, muzaki harus diperluas.
Dengan sistem pembiayaan dari dana keagamaan yang berjalan optimal, program-program sosial-keagamaan seperti beasiswa, santunan yatim piatu, serta bantuan bagi dhuafa diharapkan dapat terus dijalankan secara berkelanjutan. Bahkan, sebuah cita-cita besar tengah kita tuju, yakni menjadikan kawasan hunian sebagai kampung zakat. Dimana dana keagamaan memberikan kontribusi pada pembiayaan operasional manajemen lingkungan. Tentu dengan tetap memperhatikan ketentuan agama.
Maka Visi Satu Puribali tidak mungkin hanya dipahami sebagai penghapusan rigiditas batas wilayah, tetapi lebih jauh harus dipahami sebagai penyatuan hati dan solidaritas kemanusiaan seluruh warga Puribali. Dalam suasana mubaddalah: saling percaya, saling mendukung, dan saling membantu, lingkungan ini diharapkan menjadi contoh sebagai umat yang peduli, mandiri, dan penuh keberkahan. Dalam kamus Al Qur’an, disebut sebagai ummatan wahidah, ummatan qoiman dan ummatan muslimatan.
Semoga seluruh ikhtiar ini diridhai Allah SWT dan kita diberi kekuatan untuk terus menebar makna, manfaat dan kemashlahatan. Mari jadikan kompleks perumahan (apa dan dimana pun), sebagai taman iman, ilmu dan amal yang membahagiakan, tempat hidup yang harmonis dan bergandengan tangan bagi para penghuninya. **
*Penulis adalah Ketua DKM Masjid Puribali, Sawangan.