IMBCNEWS | Ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan The Fed di pekan depan masih menjadi penopang dolar AS. Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed). Itu artinya sebuah alarem para investor lokal dan asing akan siap-siap lari dari Indonesia.
Rupiah pagi ini melemah 72 poin atau 0,47 persen ke posisi Rp15.535 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.463 per dolar AS. “Ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan The Fed di pekan depan masih menjadi penopang dolar AS,” tulis Antara mengutip Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Selasa.
Pelaku pasar berekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin dan The Fed masih akan melakukan beberapa kali kebijakan hawkish pada 2023 mendatang.
Pada November indeks non-manufacturing PMI AS tercatat sebesar 56,5, naik dari 54,4 pada Oktober. Selain itu angka itu juga melampaui konsensus yang hanya mengharapkan angka 53,3.
Kenaikan indeks non-manufacturing PMI tersebut memberikan kekhawatiran pasar terhadap potensi kenaikan suku bunga acuan The Fed. Investor juga menanti rilis data Indeks Harga Produsen (PPI) November pada Jumat (9/12). The Fed akan mencari konfirmasi bahwa inflasi turun kembali dari level rekor yang terlihat awal tahun ini. Hari ini pelaku pasar juga menantikan laporan neraca perdagangan AS malam nanti.
Rupiah pada awal pekan terkoreksi seiring investor yang masih cenderung menghindari aset berisiko, terlebih minggu ini mengantisipasi rilis data cadangan devisa, indeks kepercayaan konsumen, dan penjualan ritel domestik, yang diperkirakan
Pada Senin (5/12) rupiah ditutup melemah 37 poin atau 0,24 persen ke posisi Rp15.463 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.426 per dolar AS.
IMBCnews./diolah/**