IMBCNews, Ciampel-Karawang | Pemerintah Desa Kutapohaci, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, menggelar Peringatan Israa Mikraj Nabi Besar Muhammad Saw, berlangsung di halaman kantor desa, pada Sabtu 1 Februari 2025. Pemberi tausiyah pada acara ini KH Asep Nurjaman, pimpinan Pondok Pesantren Mujahidin, Ciater, Subang, Jawa Barat.
Hadir dan menyemarakkan acara, kaum muslimin desa setempat dan sekitarnya, jamaah kaum ibu binaan dari istri Kepala Desa Kutapohaci sekaligus mewakili suaminya H Sukandi yang sedang dirawat di rumah sakit, karena kesehatannya terganggu. Hadir juga, seluruh aparatur dan pegawai desa, Kamtibmas-Babinsa TNI/Polri, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan jajarannya, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda serta karang taruna dan sekitar 150 anak yatim.
Kepala Urusan Kesejahteraan Masyarakat (Kaur Kesra) Asep Supendi yang mewakili sambutan Kepala Desa Kutapohaci Sukandi, mengucapkan terima kasih atas dukungan, bantuan dan kehadiran semua pihak, dalam upaya pengembangan syiar Islam yang dirangkai pada Peringatan Israa Mikraj 1446 Hijriyah.
Ia juga menyampaikan, Pemerintah Desa Kutapohaci selama ini rutin melakukan perayaan hari-hari besar Islam. “Setiap perayaan hari besar Islam yang selalu dilakukan adalah menyantuni anak-anak yatim mau pun kaum dhuafaa khususnya di lingkungan Desa Kutapohaci,” terang Asep Supendi.
Peringatan Israa Mikraj pada awal tahun 2025 miladiyah kali ini, tema yang diusung: Kebersamaan dan Kesatuan Umat yang Beruswatun Hasanah.
KH Asep Nurjaman, dalam tausiyahnya menyampaikan bahwa Isaa Mikraj Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam (Saw), merupakan kehendak mutlak dari Allah Tuhan Semesta Alam. Selain bertujuan untuk meningkatkan Iman kepadaNya, namun juga dimaksudkan untuk membukakan cakrawala berpikir serta pemambahan wawasan bagi Rasulullah Saw dan juga bagi ummat pengikut beliau.
“Salah satu oleh-oleh terbesar dan bermakna penting yang dibawa Nabi Muhammad Saw turun dari Sidratul Muntaha adalah perintah shalat,” ungkap Asep Nurjaman.
Ia mengemukakan, pada awalnya kewajiban shalat diperintahkan melalui Nabi Saw adalah 50 kali dalam sehari semalam. Akan tetapi ketika jumpa dengan Nabi Musa Alaihis salam, Nabi Muhammad diminta untuk kembali menghadap Allah agar jumlah 50 puluh waktu tersebut dikurangi.
“Setelah Nabi Muhammad Saw turun naik beberapa kali menghadap Allah, pada akhirnya ketetapan shalat yang diwajibkan oleh Allah melalui Nabi Saw menjadi 5 kali sehari-semalam,” tegas dia.
Lebih lanjut ia menyampaikan, disebabkan perintah shalat itu diambil langsung ke Midratul Muntaha dalam peristiwa Israa Mikraj, maka shalat merupakan mikrajnya ummat Islam. “Dengan melaksanakan shalat, berarti bagi yang melaksanakannya berpeluang ditinggikan derajat dan martabatnya oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,” jelas Asep Nurjaman.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa makna shalat itu sebagai ‘Mi’rajul Mukminin’. Shalat, tambah dia, dipercaya kaum mukmin sebagai media untuk naik dari bumi, menuju Sidratul Muntaha. “Di Sidratul Muntaha itulah pelaku shalat “bertemu” dengan Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, saat beliau Israa Mikraj,” papar Asep Nurjaman.
Seraya ia tegaskan melalui bersabda Rasulullah Saw yang berbunyi: ‘Ash-shalatu Mikrajul Mukmin’. “Artinya: Shalat itu merupakan media mikraj-nya orang-orang yang beriman. Nah, jika Nabi Muhammad mikraj-nya ke Sidratul Muntaha sana, kalau orang muslim akhir zaman, seperti kita semua, mikraj-nya dengan shalat,” terang dia.
Asep Nurjaman kemudian mengingatkan agar semua mukminin-mukminat, muslimin-muslimat yang ingin derajat dan matabatnya ditinggikan oleh Allah Yang Mahakuasa di bumi dan di langit, sebagaimana Nabi Saw, hendaknya senantiasa menjaga kewajiban shalat. “Jangan lagi kita mengabaikan atau meninggalkan kewajiban shalat,” ajak dan tutupnya. (EDS/Asy-0102: lpt/lpg)