IMBCNews Taiwan | Pada 19 Oktober 2024, Dr. James Gomez dan Sanjay Gathia dari Asia Centre mengadakan sesi Pelatihan Keamanan Digital yang diikuti oleh 20 an peserta dari berbagai Lembaga dan institusi. Kegiatan ini diselenggarakan oleh European Values Center for Security Policy di Czech Hub di Taipei, Taiwan.
Pelatihan yang digelar tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Asia Centre dan Google APAC, yang dimaksudkan untuk memperkuat ketahanan digital, baik individual, institusi, dan organisasi yang rentan terhadap ancaman online di seluruh kawasan.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, terutama dengan munculnya kecerdasan buatan, pelatihan tentang keamanan digital harus dilakukan secara berkala. Ini sangat penting bagi institusi atau organisasi yang memiliki lebih dari 10 karyawan, setidaknya sekali dalam setahun. Dalam dua dekade terakhir, kita telah menyaksikan kemajuan pesat di bidang media dan komunikasi. Namun, bersamaan dengan itu, muncul tren baru yang dapat menimbulkan ancaman terhadap keamanan digital. Meskipun bentuknya bervariasi, pola ancaman ini biasanya memiliki karakteristik yang sama: spesialisasi, kecepatan, dan penyebaran.
Lanskap keamanan siber yang terus berubah menghadapkan manusia pada tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, di mana ancaman menjadi semakin spesifik dan canggih. Pelaku kejahatan siber semakin banyak, dan mereka dapat menganalisis data pribadi untuk merancang serangan yang sangat terarah. Oleh karena itu, penting bagi individu dan organisasi untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan perangkat yang digunakan dalam pekerjaan.
Apa yang dimaksud dengan ancaman yang terfokus dan terarah? Saat ini, penyerang memanfaatkan analisis data untuk memahami target mereka lebih dalam. Dengan menganalisis perilaku, preferensi, dan kerentanan individu, mereka dapat menciptakan email phishing yang dipersonalisasi dan malware yang lebih mungkin berhasil. Spesialisasi ini meningkatkan efektivitas serangan sekaligus menyulitkan deteksi oleh pihak berwenang.
Kemajuan teknologi yang cepat memungkinkan penyerang mengembangkan ancaman yang lebih kompleks dan sulit dipahami. Teknik seperti malware polimorfik, serangan tanpa file, dan penggunaan kecerdasan buatan memungkinkan ancaman berkembang dengan cepat dan melampaui langkah-langkah pencegahan tradisional, sering kali tetap tidak terdeteksi dalam waktu yang lama. Perkembangan ini memerlukan solusi keamanan yang dapat beradaptasi secara real-time dan mengantisipasi vektor serangan baru.
Penggunaan Internet of Things (IoT) dan interkonektivitas perangkat telah memperluas area serangan secara signifikan. Selain perangkat tradisional seperti laptop dan smartphone, penyerang kini juga menargetkan perangkat rumah pintar, wearable, sistem kontrol industri, dan teknologi terhubung lainnya. Banyak dari perangkat ini tidak dilengkapi dengan fitur keamanan yang memadai, menjadikannya titik masuk yang rentan ke dalam jaringan.
Untuk melawan ancaman yang terus berkembang, pendekatan multifaset terhadap keamanan siber sangat penting, termasuk deteksi ancaman yang canggih. Beberapa strategi mitigasi yang dapat diterapkan dalam aktivitas sehari-hari meliputi pemanfaatan solusi keamanan yang menggunakan pembelajaran mesin dan analitik perilaku untuk mendeteksi anomali dan ancaman yang tidak dikenal.
Seiring dengan kemajuan teknologi, penting untuk terus memperbaiki sistem yang digunakan dalam perangkat yang terhubung ke internet. Oleh karena itu, menjaga semua perangkat dan sistem dalam kondisi terbaru adalah langkah penting untuk menutup kerentanan yang ada.
Edukasi tentang ancaman terbaru dan sosialisasi praktik terbaik, seperti mengenali upaya phishing dan menggunakan kata sandi yang kuat dan unik, juga sangat diperlukan. Selain itu, penting untuk selalu mengikuti perkembangan dan memperbarui sistem secara berkala, guna memastikan respons yang cepat dan efektif ketika ancaman terdeteksi.
Dengan ancaman siber yang semakin spesialis dan cepat, sangat penting bagi individu dan organisasi untuk tetap terinformasi dan mengambil tindakan yang diperlukan. Dengan memahami ancaman saat ini dan menerapkan langkah-langkah keamanan yang tepat, kita dapat mengurangi risiko dan melindungi diri dari serangan siber yang semakin meningkat.
Asia Centre adalah lembaga penelitian yang bertujuan untuk menciptakan dampak sosial di kawasan Asia. Lembaga ini pertama kali didirikan di Bangkok, Thailand pada tahun 2015 dan pada tahun 2018, sebuah pusat kedua didirikan di Johor Bahru, Malaysia. Pada tahun 2021, Asia Centre diberikan Status Konsultatif Khusus ECOSOC PBB. Pusat ini melakukan penelitian berbasis bukti, menyelenggarakan acara, dan memperkuat pekerjaannya melalui media dan keterlibatan media sosial.
Tim Asia Centre saat ini sedang menyelenggarakan serangkaian sesi pelatihan keamanan digital secara langsung dan daring di 12 negara di kawasan Asia Pasifik, termasuk Taiwan.
Penulis: Med-Taiwan