IMBCNEWS | Kekerasan politik telah ikut mewarnai pemilu paruh waktu di Amerika. Para petugas di tempat pemungutan suara (TPS) bersiap menghadapi tersulutnya emosi pemilih, juga terjadinya aksi kekerasan lain pasca invasi rumah dan serangan yang menarget suami Ketua DPR Nancy Pelosi.
Presiden Joe Biden dan para politisi, seperti yang dilansir VOA Indonesia, Rabu menyebutkan, telah mengutuk serangan itu dan menyerukan diakhirnya kekerasan politik menjelang pemilu paruh waktu 8 November 2022 mendatang.
“Serangan ini sangat menakutkan bagi saya, dan juga bagi mereka yang menyelidiki peristiwa ini, serta tentunya publik. Bagaimana mungkin seseorang menarget rumah pemimpin politik, menarget keluarganya, merencanakan dengan teliti dan secara sadar membuat keputusan untuk melakukan aksi kekerasan terhadap kelurga pemimpin politik. Ini sangat mengerikan!”
Di negara demokrasi sekelas AS tenryata masih terjadi kekerasan dalam politik jelang pemilu paruh waktu, yang tentunya diprovokasi oleh para buzzer. Bagaimanakah Indonesia ? Mudah-mudahan lebih aman meski usia demokrasinya lebih muda, asal para buzzer atau pembuat narasi negatif, terkesan provokatif itu ditertipkan oleh aparat hukum.
Booke Jenkins, jaksa di San Francisco yang menyelidiki insiden serangan terhadap Paul Pelosi, suami Ketua DPR Nancy Pelosi Jumat lalu (28/10) mengatakan, sejumlah petugas di Badan Pengawas Pemilu di Broward County menghitung surat suara yang masuk dalam pemilu paruh waktu di Lauderhill, Florida, pada 8 November 2018.
Serangan terhadap suami salah satu politisi paling berpengaruh di Amerika itu menggarisbawahi betapa terpecah dan berbahayanya situasi menjelang pemilu paruh waktu yang memecah belah.
Dalam dokumen pengaduan federal diketahui tersangka pelaku, David DePape, yang berusia 42 tahun, membawa zip ties (semacam pengikat yang terbuat dari tali nilon tipis yang sangat kuat dan salah satu ujungnya memiliki mekanisme penguncian.red), tali dan lakban.
DePape masuk ke rumah pasangan itu, naik ke lantai atas di mana Paul Pelosi yang berusia 82 tahun sedang tidur dan menuntut untuk berbicara dengan “Nancy.” Ketika insiden itu terjadi Nancy Pelosi sedang berada di Washington DC. Paul sempat menekan telpon darurat 911, tetapi sebelum polisi datang, DePape memukuli Paul dengan palu.
Petugas FBI mengamankan rumah Ketua DPR AS Nancy Pelosi, setelah suami Pelosi diserang pasca pembobolan di rumah mereka, di San Francisco, California, 28 Oktober 2022.
Petugas FBI mengamankan rumah Ketua DPR AS Nancy Pelosi, setelah suami Pelosi diserang pasca pembobolan di rumah mereka, di San Francisco, California, 28 Oktober 2022.
Kepala Kepolisian San Fransisco William Scott mengatakan, “Ini jelas disengaja. Dan ini salah. Pejabat terpilih kami berada di sini untuk melakukan pekerjaan di kota, distrik, negara bagian dan negara ini.”
Presiden Joe Biden mengutuk serangan itu. “Cukup sudah! Setiap orang yang memiliki nurani harus dengan jelas dan tegas menentang kekerasan dalam politik, apapun pilihan politik Anda. Kita semua, bersama-sama, sebagai warga Amerika,” tandasnya.
IMBCnews./***
Pemilu AS Ternyata Tak Aman dari Serangan Buzzer
IMBCNEWS | Kekerasan politik telah ikut mewarnai pemilu paruh waktu di Amerika. Para petugas di tempat pemungutan suara (TPS) bersiap menghadapi tersulutnya emosi pemilih, juga terjadinya aksi kekerasan lain pasca invasi rumah dan serangan yang menarget suami Ketua DPR Nancy Pelosi.
Presiden Joe Biden dan para politisi, seperti yang dilansir VOA Indonesia, Rabu menyebutkan, telah mengutuk serangan itu dan menyerukan diakhirnya kekerasan politik menjelang pemilu paruh waktu 8 November 2022 mendatang.
“Serangan ini sangat menakutkan bagi saya, dan juga bagi mereka yang menyelidiki peristiwa ini, serta tentunya publik. Bagaimana mungkin seseorang menarget rumah pemimpin politik, menarget keluarganya, merencanakan dengan teliti dan secara sadar membuat keputusan untuk melakukan aksi kekerasan terhadap kelurga pemimpin politik. Ini sangat mengerikan!”
Di negara demokrasi sekelas AS tenryata masih terjadi kekerasan dalam politik jelang pemilu paruh waktu, yang tentunya diprovokasi oleh para buzzer. Bagaimanakah Indonesia ? Mudah-mudahan lebih aman meski usia demokrasinya lebih muda, asal para buzzer atau pembuat narasi negatif, terkesan provokatif itu ditertipkan oleh aparat hukum.
Booke Jenkins, jaksa di San Francisco yang menyelidiki insiden serangan terhadap Paul Pelosi, suami Ketua DPR Nancy Pelosi Jumat lalu (28/10) mengatakan, sejumlah petugas di Badan Pengawas Pemilu di Broward County menghitung surat suara yang masuk dalam pemilu paruh waktu di Lauderhill, Florida, pada 8 November 2018.
Serangan terhadap suami salah satu politisi paling berpengaruh di Amerika itu menggarisbawahi betapa terpecah dan berbahayanya situasi menjelang pemilu paruh waktu yang memecah belah.
Dalam dokumen pengaduan federal diketahui tersangka pelaku, David DePape, yang berusia 42 tahun, membawa zip ties (semacam pengikat yang terbuat dari tali nilon tipis yang sangat kuat dan salah satu ujungnya memiliki mekanisme penguncian.red), tali dan lakban.
DePape masuk ke rumah pasangan itu, naik ke lantai atas di mana Paul Pelosi yang berusia 82 tahun sedang tidur dan menuntut untuk berbicara dengan “Nancy.” Ketika insiden itu terjadi Nancy Pelosi sedang berada di Washington DC. Paul sempat menekan telpon darurat 911, tetapi sebelum polisi datang, DePape memukuli Paul dengan palu.
Petugas FBI mengamankan rumah Ketua DPR AS Nancy Pelosi, setelah suami Pelosi diserang pasca pembobolan di rumah mereka, di San Francisco, California, 28 Oktober 2022.
Petugas FBI mengamankan rumah Ketua DPR AS Nancy Pelosi, setelah suami Pelosi diserang pasca pembobolan di rumah mereka, di San Francisco, California, 28 Oktober 2022.
Kepala Kepolisian San Fransisco William Scott mengatakan, “Ini jelas disengaja. Dan ini salah. Pejabat terpilih kami berada di sini untuk melakukan pekerjaan di kota, distrik, negara bagian dan negara ini.”
Presiden Joe Biden mengutuk serangan itu. “Cukup sudah! Setiap orang yang memiliki nurani harus dengan jelas dan tegas menentang kekerasan dalam politik, apapun pilihan politik Anda. Kita semua, bersama-sama, sebagai warga Amerika,” tandasnya.
IMBCnews./***