Ancaman Banjir Masih Mengintai Jabodetabek
IMBCNews.com – Jakarta – Banjir besar yang mengepung dan melumpuhkan kawasan Jabodetabek, Selasa (4/3) masih mengancam mengingat hujan dengan intensitas tinggi yang diprediksi bakal turun sampai 11 Maret.
“Kita perlu waspada dan siaga, intensitas hujan mungkin sedikit turun, tapi bakal naik lagi sekitar 11 Maret, “ kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Rabu (5/3) seraya menyebutkan, intensitas hujan sempat mencapai level tertinggi 232 mm dalam 24 jam, Selasa (4/3).
Dwikorita menuturkan akan digelar modifikasi cuaca yang sedianya akan dilakukan di daerah-daerah yang dinilai rawan, artinya area tersebut punya daya dukung yang lemah untuk menerima hujan.
Konsepnya, menurut Dwikora, adalah dengan menghalangi awan-awan yang harusnya bergerak, dijatuhkan sebelum masuk ke area rawan, misalnya di laut.
Awan awan itu dipecah atau diturunkan airnya agar tidak mengumpul menjadi kumpulan awan yang kemudian menyebabkan intensitas hujan menjadi tinggi.
“Kalau kita lihat dari satelit awan itu luasnya hampir seluas wilayah Provinsi Jawa Barat. Jadi, Provinsi Jawa Barat, dari satelit, sudah tertutup awan. Bahkan, sampai ke Lampung dan Palembang,” papar Dwikorita.
Oleh karena itu, BMKG akan melakukan modifikasi cuaca dengan mencegah awan-awan yang terbentuk tumbuh menjadi kumpulan awan. Sejumlah daerah yang menjadi sasaran modifikasi cuaca BMKG a.l. kawasan pegunungan di Jawa Barat.
“Jawa Barat jadi prioritas modifikasi cuaca, karena memang yang paling rentan di sana, terutama di daerah pegunungan, dan di Puncak karena awannya dari sana.
Nantinya, bisa jadi sumber banjir ke hilir. Tidak hanya kena Jawa Barat, tetapi juga bisa mengalir ke arah utara, ke Jakarta, karena sungai-sungainya mengalir ke utara.
Hujan berintensitas tinggi mengguyur kawasan Puncak, Bogor, Bekasi, Depok, dan Jakarta sejak awal pekan ini. membuat beberapa sungai meluap dan merendam Bekasi, Depok, dan Jakarta.
Sampai ketinggian empat meter
Banjir ketinggian 1–4 meter menggenangi daerah-daerah pemukiman di beberapa daerah di Bekasi, Jakarta, Tangerang, dan Depok selama dua hari terakhir.
Banjir juga menyebabkan akses lalu lintas terputus karena beberapa jalanan utama teredam air. Di Kota Bekasi, banjir merendam delapan dari total 12 kecamatan.
Wali Kota Bekasi Tri Adhianto dalam rapat koordinasi bersama Kepala BNPB Suharyanto dan Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno, Selasa, melaporkan aktivitas publik di delapan kecamatan yang terendam banjir lumpuh total.
“PR” bagi pasgub baru Pramono Anug dan Rano Karno untuk mengatasi masalah klasik DKI Jakarta yang terus berulang setiap tahun.
Banjir paling parah terjadi di sepanjang lintasan Sungai Bekasi, terutama di area pertemuan Kali Cikeas dan Kali Cileungsi dengan ketiggian air sampai delapan meter, lebih tinggi dibandingkan banjir pada tahun 2016 dan 2020.
Menurut Tri, banjir disebabkan oleh meluapnya air dari tanggul yang dibangun Balai Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BWSCC), selain ada juga patahan dan tanggul yang belum terbangun di sepanjang sungai sehingga memperparah dampak banjir.
“Ketinggian air mencapai lebih dari delapan meter sehingga air melimpas dari tanggul yang sudah dibangun. Di beberapa titik, tanggul belum selesai dibangun sehingga dampaknya sangat besar,” ucap Tri
Banjir di Jakarta berangsur surut, Rabu pagi (5/3), namun puluhan rumah di wilayah Jakarta Timur masih terdampak banjir karena luapan Kali Ciliwung.
Kapusdatin Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta M. Yohan mengatakan, Jakarta Timur menjadi wilayah paling banyak terdampak banjir. Apalagi Kel. Kampung Melayu yang dekat dengan Kali Ciliwung.
“BPBD mencatat saat ini, genangan terjadi di 89 RT dan dua ruas jalan tergenang,” kata Yohan.
Yang masih terendam
Di Jakarta Barat terdapat 18 RT yang masih renedam air sampai Rabu pagi (5/3) yakni Kelurahan Duri Kosambi satu RT dengan tinggi muka air 60 cm disebabkan luapan Kali Angke dan di Kel. Kedaung Kali Angke ada empat RT denga ketinggian 30 cm.
Di Kel. Rawa Buaya ada dua RT terdampak banjir denga tinggi muka air 150 cm, disebabkan curah hujan tinggi di Kel. Kebon Jeruk ada tiga RT dengan ketinggian 60 – 100 cm akibat luapan Kali Pesanggrahan.
Kelurahan Kedoya Selatan ada empat RT dengan tinggi muka air 90 cm. Sebagian besar wilayah Jakarta Barat tergenang karena intensitas tinggi hujan sejak Senin (3/3) malam dan luapan Kali Pesanggrahan.
Kelurahan Kembangan Selatan dan Kembangan Utara masing-masing wilayah itu ada dua RT terdampak banjir. Dengan tnggi muka air rata-rata mencapai 60 cm da penyebabnya luapan Kali Angke.
Wilayah Jakarta Pusat hanya ada dua RT terdiri dari Kelurahan Petamburan. Tinggi muka air 40 cm. Sedangkan wilayah Jakarta Selatan ada 27 RT terendam banjir.
Sementara di wilayah Jakarta Selatan, banjir di Kel. Lenteng Agung mengenangi dua RT. Kelurahan Cipulir satu RT, ketinggian air 70 cm dan Kel. Pondok Pinang ada tiga RT. Tinggi muka air mencapai 100 cm.
Kelurahan Pengadegan ada satu RT. Tinggi muka air 310 cm. Penyebabnya luapan Kali Ciliwung. Kelurahan Rawajati ada tujuh RT, ketinggian 90 sampai dengan 250 cm dan di Kel. Pejaten Timur ada dua RT. Tinggi muka air mulai 30 sampai dengan 120 cm.
Selain itu, Kelurahan Bintaro ada enam RT. Kelurahan Pesanggrahan ada dua RT. Serta Kelurahan Kebon Baru ada tiga RT. Rata-rata tinggi muka air 60 cm, paling tinggi 200 cm.
Sementara Jakarta Timur terdapat 42 RT. Penyebab banjir karena luapan Kali Ciliwung. Rincian wilayahnya terdiri dari Kelurahan Bidara Cina ada tiga RT. Tinggi muka air 180 sampai dengan 220 cm. Data BPBD itu tercatat hingga pukul 07.00 WIB.
“Kelurahan Kampung Melayu di 30 RT dengan ketinggian 40 sampai 250 cm diebabkan luapan Kali Ciliwung,” tutur Yohan dan menambahkan, di Kel. Cawang ada tujuh RT dengan tinggi muka air mencapai 220 cm dan di Kel. Cililitan ada dua RT dengan ketinggian 190 – 200 cm.
“PR” bagi pasgub baru Pramono Anug dan Rano Karno untuk mengatasi banjir yang menjadi masalah klasik DKI Jakarta yang terus berulang dari tahun ke tahun. (imbcnews/Theo/sumber diolah)