IMBCNews, Cairo/Dubai | Angkatan bersenjata Sudan dan Milisi Pasukan Pendukung Cepat (RSF)pada Sabtu malam menandatangani kesepakatan gencatan senjata tujuh hari saat pertempuran antara keduanya memasuki pekan keenam.
Gencatan senjata akan dimulai Senin pukul 21.45 waktu Khartoum. Demikan kata pihak yang mensponsori pembicaraan itu, Amerika Serikat dan Arab Saudi, dalam pernyataan bersama.
Berbagai perjanjian gencatan senjata sebelumnya tak efektif karena dilanggar kedua belah pihak. Namun, perjanjian kali ini mensyaratkan adanya mekanisme pemantauan AS-Arab Saudi dan dunia internasional.
Perjanjian itu juga mendorong distribusi bantuan kemanusiaan, pemulihan layanan penting, dan penarikan pasukan dari rumah sakit serta fasilitas publik penting.
“Sudah lewat waktu untuk meletakkan senjata guna membolehkan akses kemanusiaan tanpa hambatan. Saya mohon kepada kedua belah pihak agar menegakkan perjanjian ini. Dunia tengah memperhatikannya,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Perang saudara Sudan menyebabkan runtuhnya ketentraman. Stok makanan, uang tunai dan barang-barang pokok menyusut dengan cepat.
Selain itu, penjarahan massal juga menimpa bank, kedutaan besar, gudang bantuan, dan bahkan gereja.
Kelompok-kelompok bantuan mengaku tidak mampu menyalurkan bantuan karena tidak adanya jalur yang aman dan jaminan keamanan untuk staf.
Konflik yang pecah 15 April itu menyebabkan 1,1 juta orang mengungsi di dalam negeri dan ke negara-negara tetangga.
Sekitar 705 orang tewas dan sedikitnya 5.287 orang terluka, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seperti dilansir Antara.
Perang tersebut pecah di Khartoum setelah terjadi perselisihan terkait rencana integrasi RSF dalam angkatan bersenjata di bawah kesepakatan yang didukung dunia internasional yang bisa mengubah Sudan menjadi negara demokrasi setelah puluhan tahun menjadi negara autokrasi yang dilanda konflik. (Sumber: Antara)