IMBC NEWS, Tangerang | Sekitar 200 nelayan tradisional di pesisir Tanjung Kait, Kabupaten Tangerang, Banten, sekitar dua pekan terakhir tidak melaut diakibatkan cuaca buruk dengan gelombang laut tinggi yang melanda wilayahnya.
Salah seorang nelayan pesisir Tanjung Kait, Jumadi (40), di Tangerang pada Senin (19/1) mengatakan, sudah hampir dua pekan kami tidak berani melaut, karena gelombang tinggi dan cuaca ekstrem.
Ia mengutarakan, para nelayan tradisional memilih tidak melaut karena risiko cukup tinggi. “Resikonya cupup tingg, jadi kami tidak berani melaut karena membahayakan keselamatan jiwa kami,” katanya seraya menambahkan kalau gemombang laut tinggi tangkapan ikan juga sangat minim.
“Bila dipaksain kapal kita bisa pecah juga. Makanya kita liburkan semua,” katanya.
Ia menyebut, dengan tidak adanya aktivitas melaut untuk tangkap ikan oleh nelayan tersebut, sehingga berimbas pada ketersediaan ikan segar di pasar.
“Makanya cari rajungan di tengah laut sampai ke Kronjo cari udang, kalau lagi musim begini paling dapat 2 kilogram, biasanya 90 kilogram,” jelas Jumadi.
Ia juga mengaku, jumlah nelayan yang ada di Tanjung Kait ini sekitar 200 orang dan selama cuaca ekstrem dari awal 2023 mereka terpaksa meliburkan diri.
Sementara nelayan lainnya bernama Hadi (48) mengaku, bahwa dirinya tetap nekat melaut meski dalam kondisi cuaca buruk. Namun, tetap menjaga keselamatan dengan tidak berani sampai ke tengah laut.
“Selama cuaca ekstrem kami hanya bisa menangkap kepiting dan rajungan di pinggir-pinggir laut dengan jaring,” tuturnya.
Ia menambahkan, bila cuaca bagus dirinya setiap kali melaut menghasilkan 20 sampai 90 kilogram ikan hasil tangkapnya.
“Kalau banyak sampai 20 kilogram di tengah laut sampai ke Kronjo. Tapi sekarang ini tidak sampai 2 kilogram,” kata dia. (Sumber: Antara)