IMBCNEWS Jakarta | Sebuah kontingen kecil dari para lulusan Universitas Duke menentang kehadiran komedian pro-Israel, Jerry Seinfeld, yang pada hari Minggu kemarin, berbicara dalam acara wisuda kampus tersebut di North Carolina.
Sekitar 30 dari 7.000 mahasiswa meninggalkan tempat duduk mereka dan meneriakkan kalimat “Bebaskan Palestina” di tengah-tengah campuran cemoohan dan sorak-sorai.
Sebagian di antara mereka melambaikan bendera Palestina berwarna merah, hijau, hitam dan putih. Dilansir VOA A Ind pada Senin, Seinfeld, yang acaranya selama satu dekade menjadi salah satu yang paling populer dalam sejarah pertelevisian AS dan terus menarik banyak penggemar untuk menonton acara-acara spesialnya di Netflix dan acara-acara televisi seperti “Comedians in Cars Getting Coffee”, hadir di sana untuk menerima gelar doktor kehormatan dari universitas tersebut.
“Setelah menghabiskan waktu selama empat tahun di tempat yang dianggap sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi terbaik di dunia, mereka tampaknya merasa sedikit hiburan ringan akan membawa Anda semua pada kesadaran akhir, ‘saya sudah muak dengan tempat ini,'” kata Seinfeld.
Komedian yang beralih menjadi aktor dan baru-baru ini menjadi bintang, sutradara, dan penulis bersama film “Unfrosted,” telah secara terbuka mendukung Israel sejak negara itu memulai serangkaian serangan darat dan udara ke Gaza sebagai tindakan pembalasan terhadap serangan kelompok militan Hamas ke selatan Israel pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola Hamas, mengatakan hingga hari Minggu serangkaian serangan Israel ke daerah kantong itu sudah menewaskan lebih dari 35.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Ribuan mahasiswa di berbagai kampus di seluruh Amerika Serikat menanggapi situasi yang terjadi di Gaza dengan mendirikan perkemahan dan menyerukan agar kampus mereka memutuskan hubungan dengan Israel dan perusahaan-perusahaan yang mendukungnya.
Para mahasiswa dan pihak-pihak lain di kampus-kampus yang diidentifikasi oleh otoritas penegak hukum sebagai “penghasut dari luar” ikut serta dalam aksi protes mulai dari Universitas Columbia di New York City hingga UCLA.
Di University of California, Berkeley, pada Sabtu (11/5), sekelompok kecil demonstran pro-Palestina mengibarkan bendera dan meneriakkan yel-yel saat upacara wisuda dimulai. Menurut San Francisco Chronicle, mereka akhirnya dikawal ke luar. Tidak ada protes tandingan yang besar, namun sebagian penonton menyuarakan kekecewaan mereka.
“Saya merasa mereka merusak acara wisuda ini, padahal kami telah membayar tiket dan datang untuk menunjukkan rasa bangga kami pada para lulusan,” kata Annie Ramos, yang putrinya adalah seorang mahasiswa. “Ada waktu dan tempat, dan upacara wisuda bukan tempatnya.”
Sejumlah kecil mahasiswa juga melakukan aksi protes pada hari Minggu saat wisuda berlangsung Universitas Duke di Durham, North Carolina. Unjuk rasa ini merupakan symbol dari berbagai aksi protes selama beberapa minggu yang menyelimuti kampus-kampus Amerika. Hampir 2.900 orang di 57 kampus dan universitas telah ditangkap aparat keamanan.
Walkout hingga pesan simbolis
Sementara itu di Emerson College di Boston, sebagian wisudawan melepas jubah wisuda mereka dan meninggalkannya di atas panggung. Sebagian lainnya menuliskan “Bebaskan Palestina.”
Seorang perempuan, sambil menatap kamera yang menyiarkan siaran langsung ke publik, membuka ritsleting jubahnya untuk menunjukkan kaffiyeh, syal dengan motif kotak-kotak hitam dan putih yang biasa dikenakan oleh warga Palestina, dan menunjukkan semangka yang dilukis di tangannya. Keduanya merupakan simbol solidaritas dengan mereka yang tinggal di wilayah pendudukan.
Sebagian wisudawan lainnya menunjukkan pesan-pesan kepada kamera yang berada di atas panggung. Namun siaran langsung itu dengan cepat bergeser ke tampilan yang berbeda, sehingga penonton tidak dapat melihat pesan-pesan tersebut dalam waktu yang lama. Nyanyian selama beberapa pidato juga sulit untuk dipahami.
Aksi demonstrasi di Universitas Columbia, yang menginspirasi kampus-kampus lain di seluruh Amerika Serikat untuk melakukan aksi serupa, membuat kampus itu membatalkan upacara kelulusan utamanya dan memilih untuk mengadakan acara yang lebih kecil. Sementara University of Southern California mengatakan kepada wisudawannya, yang secara terbuka mendukung Palestina, bahwa pihak kampus tidak dapat menghadirkan tokoh untuk memberikan pidato utamanya pada upacara wisuda karena masalah keamanan. Universitas tersebut kemudian membatalkan upacara wisuda utamanya.
Di Universitas Depaul di Chicago, wisuda masih lebih dari sebulan lagi. Namun menjelang penutupan tahun akademik, para pemimpin sekolah mengatakan mereka telah mencapai “jalan buntu” dengan para pengunjuk rasa pro-Palestina di kampus tersebut, sehingga masa depan perkemahan mereka di kampus Chicago menjadi tidak jelas.
Koalisi Divestasi DePaul yang dipimpin oleh para mahasiswa, yang menyerukan agar universitas melepaskan diri dari kepentingan ekonomi yang terkait dengan Israel, mendirikan perkemahan tersebut hampir dua minggu lalu. Menurut pernyataan mahasiswa Sabtu (11/5) malam, kelompok itu menuduh para pejabat universitas meninggalkan pembicaraan dan mencoba memaksa para mahasiswa untuk menandatangani sebuah perjanjian.
imbcnews/sumber diolah/