IMBCNews- Jakarta – GENCATAN senjata antara milisi Hamas, Palestina dan Israel yang sudah berlangsung sejak 19 Januari lalu dan kini sedang melangkah ke tahap kedua, terancam batal.
Pasalnya, AFP melaporkan (19/04), kelompok Hamas menolak proposal terbaru Israel untuk gencatan senjata selama 45 hari di Jalur Gaza.
Hamas menuntut kesepakatan lebih luas, mencakup penghentian permanen perang yang telah berlangsung selama 18 bulan itu.
Konflik terakhir antara kedua seteru itu berawal dari serangan mendadak Hamas ke wilayah Israel selatan pada 7 Okt. 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang serta menyendera 240 orang.
Israel membalas serangan Hamas serangan Hamas sehari kemudian, yakni pada 8 Okt., ’23 dengan membombardir Gaza dari darat , laut dan udara, menewaskan lebih 51.000 jiwa selain anggota Hamas, mayoritas warga sipil Palestina.
Sementara itu penolakan gencatan senjata oleh Hamas disampaikan oleh negosiator utama Hamas, Khalil Al Hayya, Kamis (17/4), tidak lama setelah serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 40 orang di Gaza.
Dalam proposal yang disampaikan melalui mediator Mesir dan Qktar, Israel meminta Hamas membebaskan sepuluh sandera yang masih hidup dan melakukan pelucutan senjata. Sebagai gantinya, Israel menjanjikan pembebasan 1.231 tahanan Palestina serta pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, wilayah yang sejak 2 Maret 2025 mengalami blokade total.
Namun, Hamas menolak syarat pelucutan senjata dan menyebut tawaran tersebut sarat dengan kepentingan politik dalam negeri Israel.
“Kesepakatan ini tidak ditujukan untuk mengakhiri perang, tetapi semata-mata untuk menyelamatkan agenda politik Netanyahu,” kata Al Hayya.
Hamas menyatakan, mereka hanya akan menerima kesepakatan yang mencakup penghentian total serangan militer, penarikan pasukan Israel dari Gaza, pembebasan semua tahanan Palestina, dan dimulainya proses rekonstruksi wilayah yang hancur akibat perang.
Di tengah kebuntuan diplomasi, kekerasan di Gaza terus berlangsung. Serangan udara Israel kembali menghantam tenda-tenda pengungsi di Khan Younis—wilayah yang sebelumnya dinyatakan sebagai zona aman oleh Israel—dan menewaskan 16 orang.
Korban tewas mayoritas perempuan dan anak-anak. Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan, sejak serangan kembali digencarkan pada awal Maret 2025, setelah jeda gencatan senjata sejak 19 Jan. ‘25 lebih dari 1.691 orang tewas.
Konflik Timur Tengah antara Arab terutama Palestina dan Israel bgai api dalam sekam, saat di permukaan tampak damai pun barannya tetap menyala. (imbcnews/Theo/AFP/ns)