IMBC NEWS, Lima | Pemerintah Peru mengumumkan keadaan darurat di Ibukota Lima dan tiga wilayah lainnya, Sabtu (14/1) malam waktu setempat, karena gelombang unjuk rasa menuntut pengunduran diri Presiden Dina Boluarte yang telah merenggut sedikitnya 42 korban jiwa tak kunjung melandai.
Iiga wilayah selain Lima yang diumumkan dalam situasi darurat, adalah Cusco, Puno, dan Pelabuhan Callao. Semuanya berdekatan dengan ibukota. Keadaan darurat di wilayah-wilayah tersebut bakal berlaku selama 30 hari.
Dengan dideklrasikannya keadaan darurat, militer diberikan wewenang untuk terjun langsung menjaga ketertiban. Sedangkan beberapa hak konstitusional seperti kebebasan bergerak dan berkumpul, ditangguhkan sementara.
Gelombang demonstrasi di Peru pecah awal Desember 2022 lalu. Penyebabnya adalah digulingkannya Pedro Castillo dari kursi kepresidenan. Penggulingan itu terjadi ketika Castillo berusaha membubarkan Kongres dan memerintah dengan dekret. Dia berupaya mencegah pemungutan suara terkait pemakzulan terhadapnya berlangsung.
Castillo, yang sedang diselidiki dalam beberapa kasus penipuan selama masa jabatannya, telah ditahan selama 18 bulan, dengan tuduhan pemberontakan. Jabatan presiden Peru kemudian diambil alih Dina Boluarte, politisi berusia 60 tahun.
Pada Jumat (13/1/2023), meski gelombang unjuk rasa yang digelar pendukung Castillo tak kunjung reda, Boluarte menolak mundur.
“Komitmen saya dengan Peru,” ujarnya. Peru menghadapi ketidakstabilan politik dalam beberapa tahun terakhir. Boluarte merupakan tokoh keenam yang memegang kursi kepresidenan dalam lima tahun terakhir. (Sumber: Reuters-Republika)