IMBCNEWS | – Berlin, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyerukan agar para pemimpin dunia menurunkan ego masing-masing, dan bekerja bersama-sama untuk memecahkan tiga masalah dunia yang menghadang bersamaan. Ketiga masalah ini adalah perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan, ancaman resesi ekonomi global dan perubahan iklim serta bencana alam yang menyertainya.
Seruan ini disampaikan dalam pertemuan para mantan kepala negara yang tergabung dalam Club de Madrid (CdM) di Berlin (31/10) pagi waktu setempat, demikian siaran pers dari The Yudhoyono Institute, diterima IMBCnews, Selasa
“Kita hidup dalam dunia yang terbelah. Dunia yang terkunci dalam rivalitas. Masing-masing bertahan dalam posisinya. Ketidakpercayaan tinggi. Ruang dialog semakin menyusut. Rasa tidak aman terhadap satu sama lain semakin meningkat. Perlombaan senjata muncul kembali. Pendekatan zero-sum makin dianggap lazim. Serta kurangnya kepemimpinan global yang bisa mengeluarkan kita dari kondisi yang tidak ideal ini,” kata SBY dalam pembukaan pertemuan.
Ia mengajak para pemimpin dunia untuk menjawab tiga pertanyaan besar., Pertama, menyelesaikan krisis multidimensi yang kompleks ini, yaitu elemen keamanan, ekonomi, kemanusiaan, lingkungan, dan politik yang saling terkait, Kedua, bagaimana kita bisa meningkatkan ruang kerja sama antar bangsa, termasuk antar masyarakat sipil, dan Ketiga, bagaimana menyesuaikan tatanan dunia dengan realitas dan kebutuhan abad ke-21.
Dalam sesi 1 diskusi, SBY mengingatkan, kerjasama antar para pemimpin dunia ini pernah berhasil dilakukan. “Kita pernah melakukan hal ini sebelumnya pada tahun 2008. Ketika dunia dilanda krisis keuangan global, negara-negara G20 berhasil menyelesaikan masalah dengan bekerja sama, bahu-membahu,” katanya, seraya menambahkan Saat ini, G20 menghadapi dilema serius tentang bagaimana mengatasi tantangan global secara efektif.
SBY mengusulkan, “Inilah sebabnya mengapa penting mengakhiri perang di Ukraina sehingga komunitas internasional dapat kembali memfokuskan energi mereka untuk mengatasi masalah-masalah global yang menjadi perhatian bersama.”
SBY juga mengatakan, “Kita mungkin bukan power holders, tetapi dengan niat baik dan tulus yang tidak perlu diragukan lagi, kita memiliki kewajiban moral untuk menawarkan gagasan-gagasan konstruktif, yang mungkin kita sarankan kepada G20, Dewan Keamanan PBB, dan para pemimpin dunia yang sekarang berkuasa.”
“Suara kita mungkin tidak didengar oleh komunitas dunia. Tapi, saya percaya kita memiliki kewajiban moral untuk membagi pandangan kita. Kita tidak ingin disalahkan oleh sejarah karena kita tidak melakukan apa-apa.”, katanya.
Presiden Club de Madrid yang juga mantan Presiden Slovenia Danilo Türk menyambut baik usulan mantan Presiden SBY.
Pertemuan bertajuk ‘2022 Berlin Policy Dialogue’: Leading in a World of Converging Crises ini dihadiri juga antara lain oleh mantan Presiden Slovania Danilo Türk yang juga Presiden Club de Madrid pada saat ini, mantan Perdana Menteri Senegal Aminata Touré (2013-2014), mantan Kanselir Austria Wolfgang Schüssel (2000 – 2007).
Hadir secara online mantan Presiden Jerman Horst Kohler (2004-2010), dan mantan Perdana Menteri New Zealand Helen Clark (1999-2008) serta para mantan kepala negara lainnya, baik dari negara-negara maju, maupun berkembang.
Sekjen PBB António Guterres juga turut memberikan sambutan dan apresiasi atas inisiatif ini yang disampaikan secara online. Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institue (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ikut hadir dalam pertemuan para mantan kepala negara ini. TYI merupakan salah satu inisiator pertemuan ini, bersama Club de Madrid, Liz-Mohn Center dan Kantor Luar Negeri Federal Jerman.
IMBCnews/***