IMBCNWS Jakarta | Sebuah penelitian yang direlease menyebutkan, sejak tahun 2023 terdapat tiga kampus Universitas di Taiwan mengalami keuangan negatif, jika tidak disebut kampus itu merugi. Selain itu tahun berikutnya 2024 banyak univeritas kekurangan mahasiswa atau hanya 60 persen yang mau mendaftarkan ke perguruan tinggi di Taiwan. Oleh karenanya, 3-4 tahun berikiutnya akan terjadi krisis mahasiswa atau akan terjadi negatif keuangan di banyak kampus.
RTI Taiwan pean ini menyebutkan, “Krisis Siswa 2028” Tahun Makin Dekat: Kelompok Pendidikan Sarankan Pantau Indikator Keuangan Sekolah.
Dengan “krisis siswa 2028” di depan mata, jumlah mahasiswa baru di universitas hanya tersisa 157.000 orang. Kementerian Pendidikan pada akhir Desember mengumumkan tingkat registrasi mahasiswa baru tahun ajaran 2024, dengan sembilan universitas mencatatkan angka pendaftaran di bawah 60%.
Meskipun banyak sekolah berusaha memperluas sumber mahasiswa dengan merekrut pelajar asing, tetapi tren penurunan jumlah mahasiswa akibat rendahnya angka kelahiran tidak dapat dihindari. Meski jumlah pendaftaran tahun lalu sedikit meningkat, diperkirakan akan terus menurun dalam beberapa tahun ke depan. Para ahli menyarankan agar indikator keuangan universitas lebih diperhatikan untuk menghindari risiko.
Kementerian Pendidikan pada akhir Desember mengumumkan data “Tingkat Pendaftaran Mahasiswa Baru Tahun Ajaran 2024” dan “Kondisi Keuangan Tahun Ajaran 2023”.
Ketua Asosiasi Serikat Perguruan Tinggi Swasta, Wu Zhong-chun, mengatakan, kondisi pendaftaran sebagian besar sekolah lebih baik dibandingkan tahun lalu. Namun, ini hanya perbaikan sementara. Jumlah mahasiswa baru diperkirakan akan tetap turun menjadi sekitar 160.000-170.000 orang, dan kemungkinan terus menurun pada tahun-tahun mendatang.
Banyak universitas berupaya merekrut mahasiswa asing, yang dapat meningkatkan pendaftaran sekitar 10%. Dalam beberapa tahun terakhir, mahasiswa dari Indonesia, Vietnam, Filipina, dan India menjadi target utama perekrutan, menjadikan ekspansi sumber mahasiswa sebagai strategi penting keberlanjutan universitas.
Universitas dengan tingkat pendaftaran mahasiswa baru di bawah 60% umumnya adalah sekolah di luar wilayah metropolitan dan bagian dari sistem vokasi. Kementerian Pendidikan disarankan untuk merancang strategi jangka panjang terkait distribusi sumber mahasiswa dan jurusan di perguruan tinggi. Jika hanya mengandalkan kebijakan “otonomi pendaftaran universitas,” bisa jadi universitas dibiarkan bertahan sendiri tanpa dukungan memadai.
Dengan sisa waktu hanya tiga tahun menuju “Krisis 2028” di mana jumlah mahasiswa akan berkurang drastis, beberapa universitas mulai khawatir. Keberlanjutan universitas bergantung pada tingkat pendaftaran (termasuk pendapatan dari biaya kuliah), kekuatan finansial dewan pengurus, dana operasional, serta pendapatan tambahan dari program promosi, keuangan, dan penggalangan dana.
imbcnews/rti/sumber diolah/