IMBCNEWS Jakarta | Ketua Umum Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau disingkat menjadi Masyumi, Dr. Ahmad Yani, SH MH akan mendorong gerakan pasang foto Presiden tanpa harus menyertakan nama Wakil Presiden.
Lahirnya nama Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden diproes melalui prosedur dan cara-cara yang tidak benar, tidak etis karenanya, perlu ada gerakan untuk memasang satu foto Presiden Jend. Pur. Prabowo Subianto tanpa menyertakan nama Wapres sat ini.
“Itu boleh, tidak melanggar UU, wong tidak memasang foto saja bolih,” tegasnya menjawab pertanyaan imbcnews, dalam cara Ulang Tahun Partai Masyumi ke 79 di Jakarta, Kamis.
Milad dengan tema Merapatkan Barisan Membangun Islam Rahatan Lilalamin”, Ahmad Yani mengatakan, gerakan memasang satu foto hanya Presiden Prabowo Subianto memberikan inspirasi anggota masyarakat agar lebih jujur dan bertindak fair, karena masyarakat akan selalu mencatat sejarah dan prilaku seorang pemimpinnya. “Kalau tidak jujur dan tidak fair, masyarakat akan memberikan sanksi,” katanya.
Menurutnya, masyarakat perlu mengawasi jalannya pemerintahan Prabowo Subianto, tetapi jangan melakukan judgment atau keputusan dulu karena belum ada 100 hari kerja. “Kita harus adil, pemerintahan baru 18 hari bekerja jangan dinilai dulu, tunggu 100 hari atau satu tahun jika perlu,” katanya.
Acara milad Masyumi, dihadiri oleh Ketua Dewan Syuro, Abdullah Hemahua, dan tokoh anak-anak masyumi lainya seperti Taufiq Abdullah yang juga membacakan puisi, Prof. Didin Damanhuri dan cucu para pendiri Masumy seperti cucu Buya Hamka, keluarga Natsir dan tokoh masyarakat lainnya.
Yani yang juga mantan Anggota DPR Komisi III itu juga menguraikan, partai politik Islam yang pernah ada selama era Demokrasi Liberal di Indonesia dan punya andil dalam mempersatukan bangsa adalah Masyumi, meskipun Partai ini dibubarkan oleh Presiden Sukarno pada tahun 1960 karena dinilai adanya keterlibatan tokoh-tokohnya dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Setelah partai ini dibubarkan penguasan, oleh Dr. Nurcholis Madjid para tokoh dan anggotanya menjadi diaspora, atau mencar keberbagai partai lain karena mereka harus eksis sebagai tokoh perjuangan Islam. Oleh Cak Nur disebutnya Islam Yes politik No, artinya Islam hanya dijadikan sebagai pegangan pribadi, sementara Islam sebagai politik tidak dikehendaki oleh penguasa, baik Orde lama maupun Orde Baru.
Menurut saya, tokoh politisi Masyumi tetap eksi untuk terus memperjuangan idiloginya, tidak mencar kemana-mana, karena itu perlu dicari dimitigasi untuk dikumpulkan kembali sehingga tahun 2029 nanti dapat ikut merebut kursi di DPR seperti Pemilu tahun 1955. ” Partai Masyumi saat itu menempati urutan kedua setelah PNI. sejarah itu perlu dibangkitkan kembali,” kata Yani.
Dalam acara itu juag hadir Jend. Pur. Gatot Nurmantio, Refly Harun dan tokoh ekonomi lainnya. Rafly mengatakan, saya tidak ingin memanggil Wapres dengan mama Fufu Fafa. Jika dia meras Fufu fafa adalah Gibran, itu salah dia, katanya berseloroh.
Ada tiga hal yang perlu saya kritisi Presiden Prabowo dalam 18 hari kerja ini. Pertama, mengangkat Mayor Tedy sebagai Sekab dimana dia tidak dipensiunkan terlebih dahulu. Itu melanggar UU TNI, kedua melanjutkan hasil seleksi anggota dan dewas KPK saat Jokowi tidak lagi dapat mengajukan capim KPK, dan ketiga, mengangkat para pembantunya, menteri-menteri yang terlibat dalam korupsi.
“Cari saja siapa yang dulu pernah tersangka dan kini masih dibiarkan, sementara Tom Lembong kasus kesalahannya masih dicari tetapi sudah ditersangkakan,” kata Refly.
imbcnews/diolah/